Minggu, 23 Desember 2012

Nikmatnya santap siang dengan Begor Asli dari Bali

Bali - Yang ini memang wajib dicicipi oleh penggemar begor. Bebek yang tak terlalu besar, ramping, digoreng dengan panas sempurna. Hasilnya, kulitnya krenyes garing renyah dan dagingnya lembut gurih. Dicocol sambal matah, sambal terasi plus sambal tomat, aduhai sedapnya!

Berputar-putar di kawasan Renon Denpasar, ternyata banyak perubahan. Dulu kawasan ini teduh dengan beberapa kantor, nyaris sepi. Kini mulai dibuka berbagai jenis restoran. Dari seafood, makanan Jepang hingga makanan tradisional.

Makan begor? Hmm... itulah tujuan saya menelusuri kawasan ini. Bukan begor Surabaya atau begor tulang lunak tetapi begor khas Bali. Begor Bali umumnya memakai bebek sawah yang masih muda sehingga dagingnya empuk dan tidak anyir.

Karena itulah saya mampir ke Warung Bendega, yang ada di Jl.Tjok Agung Tresna yang dibuka sejak tahun 1998. Warung (lebih tepatnya restoran) ini memiliki keunggulan menu aneka ikan bakar. Ini sesuai dengan namanya Bendega yang artinya 'nelayan. Meskipun begitu, pilihan saya justru bukan ikan bakar tetapi begor, pelecing kangkung plus sup seafood.

Warung yang bersuasana hijau karena banyak pepohonan ini memiliki area makan yang nyaman. Semilir angin plus gemericik air kolam bisa dirasakan dari tempat duduk serba kayunya. Agaknya warung ini memang lumayan populer. Terbukti di area tengah, di dinding terdapat komentar dan tanda tangan para seleb yang dipigura rapi.

Setengah ekor begor disajikan hangat mengepul, komplet dengan 3 jenis sambal. Waduh, melihat warnanya kecokelatan garing langsung terbit air liur saya! Ukurannya begor ½ ekor ini tak terlalu besar. Disajikan di atas iris kol yang segar renyah plus 3 jenis sambal; sambal matah, sambal terasi dan sambal tomat.

Saat dikoyak dagingnya, hmm... aroma gurih wangi langsung menyerbu hidung. Benar dugaan saya, daging begor ini sungguh lembut, gurih dengan semburat aroma bawang putih dan jahe yang wangi. Yang paling menggiurkan justru kulit bebek goreng yang kecokelatan, tipis, dan kriuk-kriuk renyah. Mirip kulit bebek panggang Peking.

Di bawah kulit renyahnya tak ada lapisan lemak yang tebal, justru lumeran lemak yang tak berlimpah, pas membasahi daging begor yang empuk gurih tadi. Selain bebek yang muda, pastilah cara deep frying-nya sangat tepat suhunya sehingga kulit bebek bisa garing dan dagingnya tetap lembut.

Diadu dengan cocolan sambal matah (irisan bawang merah, cabai rawit merah, serai, garam plus minyak tandusan atau minyak kelapa), rasanya benar-benar menggelitik lidah!Dicocol dengan dua sambal lain juga tak mengecewakan. Justru ada aksen rasa pedas sedikit asam yang harmonis. Tak salah lagi, saya menemukan satu lagi begor Bali yang enak selain Bebek Bengil yang sudah jadi favorit.

Pelecing kangkung yang saya pesan buat pasangan begor ini ternyata sungguh dahsyat. Renyah segar kangkung sawah rebus dengan topping sambal tomat plus taburan kacang tanah goreng. Wouw... sekali suap langsung terasa sengatan cabai yang tajam, diselingi asam segar tomat. Huah.. huah.. pedas menggigit dan menantang untuk dihabiskan!

Sup seafood asam pedas yang menurut pelayan mirip tom yam goong, ternyata tak terlalu memuaskan selera saya. Kuahnya sedikit keruh dengan semburat merah dengan isian ikan, cumi, dan udang. Selain rasanya. Terasa kurang pedas dan asam, tambahan bakso yang diiris justr kurang pas dengan rasa gurih seafood. Untung saja saya sudah terpuaskan dengan begor sehingga sup inipun tak terlalu merusak santap siang yang sedap.

Begor renyah kriuk ini sekaligus membuktikan lagi bahwa kuliner asli Bali ternyata banyak yang enak dan sedap. Soal harga memang bervariasi. Untuk kelas warung Bendega yang lebih mirip resto harga yang ditawarkan relatif mahal, bebek goreng plus pelecing Rp. 65.000,00 dan sup seafood Rp. 24.000,00.

Warung Bendega
Denpasar, Bali


0 komentar:

Posting Komentar